Selasa, 29 Januari 2008

Makna Kata Nafs dalam Al-Qur’ân

ABSTRAK
Darojat: Kata nafs dalam al-Qur’ân dapat bermakna “ruh” (dzat al-insân), “hati“ (dhamîr al-insân/qalb) atau“jiwa” (ashl al-basyar), dan banyak lagi makna-makna lain selain dari makna tersebut di atas. Pentingnya kajian kata nafs dalam al-Qur’ân dapat dilihat dari banyaknya kata ini digunakan dan tersebar hampir di seluruh surat dalam al-Qur’ân. Kata nafs dalam al-Qur’ân berjumlah sekitar 243 baik yang berbaris rafa’, nashab, dan jarr dari yang berbentuk tunggal (mufrad), dan banyak (jama’). Kata nafs dalam al-Qur’ân yang demikian banyak seperti itu, pasti banyak digunakan dalam arti, makna dan konteksnya yang berbeda-beda. Dengan kata lain, kata nafs itu banyak memiliki arti yang berbeda. Perbedaan arti ini mungkin dalam penafsiran umum hanya melihat pada konteks kalimatnya saja.
Tujuan penelitian ini adalah; 1) untuk mengetahui makana morfologis kata nafs dalam al-Qur’ân; 2) untuk mengetahui makna kontekstual kata nafs dalam al-Qur’ân.
Penelitian ini bertolak dari teori yang mengatakan bahwa makna bahasa sangat dipengaruhi oleh konteksnya, seperti konteks Mu’jami’ (leksikal), gramatikal, linguistik, budaya, sejarah, dan konteks emosi. Oleh karena itu suatu kata akan mengalami perubahan makna sesuai dengan konteksnya. Ilmu yang membahas makna bahasa adalah semantik (Ilm Dilâlah). Dengan pendekatan ini diharapkan dapat mengungkap makna kata nafs yang banyak itu, menghantarkan pada penemuan pemahaman, dan pengertian yang berbeda berdasarkan konteksnya. Disinilah letak pentingnya analisis semantik yang dijadikan “pisau analisis” untuk mencari inti pemahaman dan pengertian dari keseluruhan makna kata nafs yang terdapat dalam al-Qur’ân.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dengan metode ini, penulis menganalisis dan mendeskripsikan kata nafs dalam al-Qur’ân. Sehingga, metode ini dapat dikatakan juga sebagai metode analisis isi teks (content analysis). Selain metode di atas, penelitian ini menggunakan metode tafsiri (explanatory) yaitu metode menafsirkan bahasa al-Qur’ân dengan menjelaskan lafadl yang sukar dipahami secara pendekatan semantik dengan uraian yang menjelaskan bahasa al-Qur’ân dalam tataran pragmatiknya.
Hasil penelitian tentang kata nafs dalam al-Qur’ân adalah sebagai berikut:
1. Makna kata nafs secara morfologis dalam al-Qur’ân mencakup makna dalam bentuk kata benda (ism) dan bentuk kata kerja (fi’l); (a) Kata nafs adalah bentuk mashdar dan merupakan jenis kata yang memiliki banyak makna (musytarak lafdli). Kata nafs diderivasi dari kata: Nafusa yanfusu nafs: indah; berharga, nafisa-yanfisu-nafs: kikir, melahirkan; mata, jahat, jasad, darah, tubuh, semangat, hasrat, kehendak, pendapat, kemuliaan, hawa, hisapan, tegukan, model (uslub), sabar, lapang dada, waktu yang lama, mufakat, orang, ruh, akal, zat, esensi; nyawa, diri atau seseorang, niat, kehendak; meninggal; proses/ bagaimana keluarnya sesuatu yang lembut, seperti; angin; ruh, dan darah, melahirkan; udara yang masuk dan keluar dari badan; metode/ atau teknik dalam bekerja; manusia; kesombongan; kekuasaan (al-‘izzah), hasrat (al-himmah), dan keinginan (al-irâdah); penggerak badan. Nafs juga bermakna kamâl awwal dan ‘ali; Kata nafs mengalami perubahan bentuk yaitu: al-mutanâfisûn. Kata jadian ini terdapat dalam surat al-Muthaffifîn ayat 26; artinya “orang yang menyukai; dan (b) makna kata nafs dalam bentuk kata kerja (Fi’l). Kata nafs dalam bentuk kata kerja hanya disebutkan dua kali. Satu dalam bentuk fi’l mâdhi, dan yang satunya lagi dalam bentuk fi’l mudhâri. Kedua kata nafs tersebut sudah mengalami perubahan pola (wazan) atau telah mengalami proses afiksasi; yaitu: tanaffasa (تنفس) dan yatanâfasu ((يتنافس. Dalam bentuk tanaffasa, artinya; benafas, menarik nafas, dan memanjakan diri. Tanaffasa padanannya, yaitu; syariba; minum, terbit, dan menyinari.يتنافس , artinya adalah (رغب في); menyukai.
2. Makna sintaksis kata nafs dalam al-Qur’ân adalah: (a) kata nafs dalam bentuk tunggal 142 kata, 77 kata tanpa diidhâfatkan dengan kata lain dan 65 di-idhâfat-kan; (b) kata nafs dalam bentuk jamak disebutkan 160 kali, dua kata dalam bentuk ( نفوس ), yaitu dalam surat al-Takwîr ayat 7 dan surat al-Isrâ ayat 25, dan 158 kata dalam bentuk atau wazan ) (أنفس; (c) kata nafs dalam bentuk umum (nakirah) sebanyak 20 kali; (d) kata nafs dalam bentuk khusus (ma’rifah) 225 dengan kategori khusus dengan alif-lam, idhâfah dengan kata ganti orang ke dua (نفسكَ), ketiga (نفسه), ketiga (نفسها), kedu jamak (أنفسكم), (أنفسهن), dan kata ganti orang pertama tunggal (نفسي) dan jamak (أنفسنا); )e) kata nafs khusus dengan disifati oleh kata wâhidah dan muthma’innah; (f) kata nafs dalam bentuk gender ada yang mengacu kepada mudzakkar sebanyak 9 kata dan mu’annats 234 kata.
3. Makna kontekstual kata nafs dalam al-Qur’ân mencakup; (a) konteks sejarah, maknanya adalah perintah Allah kepada Rasul untuk berperang dalam surat al-Nisâ ayat 84, (b) konteks budaya (tsaqâfi), maknanya adalah angin, sesuatu yang istimewa dalam surat al-Mâidah ayat 32, (c) konteks linguistik bermakna; ruh, akal, sisi dalam dan sisi luar manusia, siksa atau azab, jiwa, suatu bangsa; Âdam; hawa nafsu, kemadaratan bagi totalitas manusia dari sisi luar dan dari sisi dalamnya, Mûsâ, seseorang sebagai individu dan keturunannya sekaligus sebagai anggota masyarakat, dan bermakna Dzat Allah.

Tidak ada komentar: