Selasa, 29 Januari 2008

PENGANTAR KE ARAH PENELITIAN:

Oleh;: Rohanda WS.

A. Pengertian Penelitian

Kita sering mendengar kata penelitian walau terkadang belum tahu pasti apa arti kata penelitian sebenarnya. Oleh karena itu, arti kata penelitian perlu dijelaskan terlebih dahulu. Margono mendefinisakan penelitian sebagai berikut:
“Penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara alamiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mndapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru dan menaikan tingkat ilmu serta teknologi”.
Penelitian dan ilmu merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Penelitian merupakan media untuk mengembangkan suatu ilmu. Karena tanpa penelitian ilmu akan mengalami stagnan atau statis. Menurut Anton Bakker, ilmu laksana bangunan yang terbuat dari batu. Melalui observasi, batu tersebut diklasifikasikan, kemudian dapat dijadikan sebagai bahan bangunan.[3]
Dengan penelitian, kemajuan ilmu dapat terus ditingkatkan agar dapat menjelaskan gejala-gejala, termasuk gejala-gejala kebahasaan dan kesusastraan. Ilmu terdiri dari sejumlah teori yang memberikan penjelasan atas gejala-gejala yang terjadi. Teori adalah pernyataan yang menunjukan hubungan sebab- akibat antara dua variabel atau lebih.
B. Manfaat Penelitian
Adapun nilai guna yang diharapkan dari kegiatan penelitain paling tidak ada beberapa hal;
1. Suatu upaya untuk merumuskan permasalahan-permasalahan, mengajukan berbagai pertanyaan, dan berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan cara menunjukan fakta-fakta dan memberikan argumen-argumen logis dan benar;
2. Suatu upaya untuk membuktian, menguatkan, menolak, dan bahkan merevisi kembali teori dan simpulan yang sudah ada /diterima berdasar fakta-fakta.
C. Desain Usulan Penelitian
Dalam kegiatn penelitian ilmiah ada beberapa hal yang harus dipahami dengan cermat supaya memudahkan peneliti mewujudkan keinginan tesebut. Peneliti seharusnya mengetahui tahapan-tahapan penelitian terlebih dahulu. Tahapan penelitian yang dimaksud adalah tahapan pembuatan rancangan atau desain usulan penelitian.
Adapun isi desain atau usulan penelitian mencakup hal-hal berkut:
1. Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah penelitian adalah alasan mengapa dilakukannya penelitian. Di sini harus dijelaskan berbagai permasalahan yang dipandang perlu adanya pemecahannya. Peneliti biasanya mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya akan diketahui setelah dilakukannya penelitian.
Yang disebut Permasalahan dalam penelitian ilmiah, yaitu:
1) Jika teori dengan teori bertentangan;
2) Jika teori dengan realitas bertentangan.
Lihat gambar di bawah ini:
Contoh A
Teori >< teori =" “Masalah”">< “Realitas” = “Masalah” Penjelasan: Karena teori bertentangan dengan realitas, maka hal tersebut dinamakan masalah. Oleh karena itu, setiap sesuatu itu dapat menimbulkan masalah, apa lagi sesuatu yang berkaitan dengan permasalahan akademik harus dipertanyakan, kemudian diadakan kegiatan penelitian untuk mengetahui jawabannya Dari gamabar di atas dapat dipahami bahwa masalah pada hakikatnya adalah terjadinya kesenjangan antara teori dengan teori dan terjadinya kesenjangan antara teori atau sesuatu yang seharusnya ada (das sollen) dengan kenyataan yang ada (das sein). Contoh masalah A: 1) Ahli sastra Arab pada umumnya mengatakan: Salah satu peninggalan kesusastraan Arab jahiliyah adalah karya sastra dalam bentuk syair. Syair-syair tersebut dikenal dengan syair mu’alaqat al-sab’ah. Mu’alaqat al-sab’ah adalah sebutan untuk ketujuh syair yang digantungkan di dingding Ka’bah sebagai penghargaan atas nilai estetis yang terkandung didalamnya. 2) Thaha Husain berbeda pendapat dengan pernyataan di atas. Menurutnya, keberadaan syair “Mu’alaqat al-sab’ah” bukan syair yang digubah pada masa jahiliyah. Keberadaan syair tersebut yang disandarkan pada masa jahiliyah hanyalah rekayasa politik belaka, padahal syair itu digubah setelah masa Islam. Penyataan Thaha Husain di atas menimbulkan masalah, karena bertentangan dengan teori yang sudah ada sehingga akan muncul pertanyaan: Apa alasan Thaha Husain berani mengatakan bahwa syair mu’alaqat sab’ah itu bukan syair gubahan masa jahiliyah? Apa Faktanya?. Untuk mengetahui alasan Thaha Husen berpendapat bahwa syair jahiliyah itu hanyalah rekayasa politik harus dilakukan penelitian terlebih dahulu, baru akan ditemukan jawabannya yang akurat. Contoh Masalah B: Farazdaq, seorang penyair Arab yang hidup di masa Bani Umayyah. Ia adalah salah satu dari tiga penyair kenamaan saat itu di samping Jarir dan Akhtal. Kelebihannya dalam bersyair diantaranya adalah ungkapan-ungkapannya yang megah, lafadz yang fasih, dan banyak menyisipkan kosakata asing. Kepandaiannya dalam memuji para Khalifah membuatnya dekat dengan kekuasaan mereka. Ketika ia memuji Ali Zaenal Abidin[4] di depan Hisyam bin Abdil Malik[5], ia dianggap sebagai seorang pengikut Syi’ah yang mengakibatkan dirinya dipenjarakan oleh Hisyam. Di sisi lain, syairnya yang ditujukan kepada para khilafah Bani Umayyah, Abdul Malik bin Marwan, Walid bin Abdul Malik, Sulaiman bin Abdul Mali, Umar bin Abdul Aziz, Yazid bin Abdul Malik, Hisyam bin Abdul Malik, dan Walid bin Yazid secara kuantitas justru lebih banyak sebagaimana yang termuat dalam Diwan­-nya “Syarh Diwan al-Farazdaq” yang dikomentari oleh Iliya al-Hawa.
Dalam hal ini, tampak adanya suatu pertentangan pada diri Farazdaq, yakni di satu sisi ia memuji para khalifah Bani Umayyah, dan di sisi lain ia juga memuji Ali Zaenal Abidin yang merupakan pihak oposan khalifah. Singkatnya, ada dualisme atau dua keberpihakan Farazdaq kepada dua pihak yang bertentangan kedudukannya. Sehingga perlu diungkap latar belakang Farazdaq memuji pihak pemerintah dan latar belakang ia memuji pihak opon yang secara teologis jelas-jelas bersebrangan. Atau mungkin ada sebuah kehendak atau ‘kuasa” menurut istilah Michel Foucault[6] dari pernyataan Farazdaq tentang teologi yang berkembang pada masa itu. Atau mungkin ia ingin meninggikan atau menjatuhkan teologi yang dianut oleh pemerintah atau teologi yang dianut oleh Ali Zaenal Abidin, yaitu Syi’ah.
Kalau dilihat dari sisi keberanian Farazdaq memuji Zaenal Abidin, dapat saja Farazdaq dianggap sebagai pengikut Syi’ah. Anggapan ini didasarkan pada syair madh yang ditujukan kepada Ali Zaenal Abidin. Tapi belum jelas pengikut Syi’ah yang mana? Benar salahnya anggapan ini tidak bisa hanya berdasarkan pada syair tersebut saja, tetapi harus disertakan pula alasan-alasan lain yang mendukung. Sebab bila dilihat dari jumlahnya, syair yang ditujukan kepada para khalifah Bani Marwan justru lebih banyak. Sehingga perlu dilakukan penelitian ulang yang lebih mendalam tentang teologi yang berkembang dan dianut oleh umat muslim pada masa kekhalifahan Bani Umayyah menurut perspektif sastrawan, karena ia dianggap sebagai orang yang paling tajam pengamatannya tentang realitas sosial.
Untuk mendapatkan suatu masalah, S. Margono memberikan langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh setiap orang, yaitu;dengan cara;[7]
1) Membaca;
2) Seminar; diskusi, pertemuan ilmiah;
3) Mendengarkan pernyataan dari orang yang dianggap memiliki otoritas;
4) Pengamatan walau hanya sekilas;
5) Melalui pengalaman pribadi;
6) Perasaan dan bahkan melalui ilham.
2. Perumusan Masalah
Setiap penelitian harus mempunyai masalah penelitian yang mesti dipecahkan guna mengetahui jawaban yang diinginkan. Perumusan kerja penelitian merupakan kerja yang tidak gampang walaupun tidak pula bisa dikatakan suatu kerja yang terlalu sulit. Peneliti-peneliti yang sudah berpengalaman sekalipun tidak begitu saja dapat menangkap permasalahan dan secepat pula membuat perumusan masalah, tetapi jika kita rajin mengamati segala yang ada disekeliling kita pasti ditemukan segudang masalah.[8]
Pada dasarnya segala sesuatu itu masalah. Masalah tersebut menjadi bagian penting dalam hidup, karena hidup tanpa adanya masalah akan terasa hampa, jadi masalah adalah sebuah unsur yang sangat penting dalam hidup, tetapi kalau suatu masalah tidak diselesaikan maka hidup akan terasa berat. Masalahlah yang membuat sesuatu itu menuju kesempurnaan.
Setelah seorang calon peneliti menemukan permasalahan-permasalahan, maka ia akan merumuskan masalah penelitian atau rumusan penelitian yang biasanya secara teknis ditulis dalam bentuk pertanyaan, diantaranya:
1) Apa;
2) Mengapa;
3) Bagaimana;
4) Kapan;
5) Mana; dan lain-lain.
Sebagai contoh, perumusan masalah/ perumusan penelitian dalam bentuk pertanyaan:
1) Apa latar belakang Thaha Husen menolak keberadaan syair jahiliyah?
2) Faktor apa yang melatarbelakangi proses kreatif dalam syair karya Farazdaq?
3) Apa tujuan Farazdaq memuji pihak Khalifah dan Ali Zaenal ‘Abidin?
4) Mengapa Farazdaq memuji pihak Khalifah dan Ali Zaenal ‘Abidin?
3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan penelitian sangat berkaitan dengan perumusan masalah penelitian yang dicantumkan dalam rumusan masalah atau pertanyaan penelitian. Secara teknis, biasanya ditulis dengan kata-kata, misalnya;
1) Untuk mengetahui ________________________
2) Untuk menemukan ________________________
3) Untuk menjelaskan _________________
4) Untuk membandingkan ______________
5) Untuk menguraikan _________________
Jika perumusan masalah penelitian seperti yang tertulis di dalam rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitiannya dapat dituangkan sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui latar belakang Thaha Husen menolak keberadaan syair jahiliyah.
2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi proses kreatif dalam syair karya Farazdaq.
3) Untuk menjelaskan tujuan Farazdaq memuji pihak Khalifah dan Ali Zaenal ‘Abidin.
Penelitian, selain mempunyai tujuan juga mempunyai nilai guna. Nilai guna penelitian memiliki hubungan yang erat dengan tujuan penelitian.
Pada umumnya kegunaan penelitian memiliki dua kegunaan; yaitu kegunaan secara teoretis dan kegunaan secara pragmatis. Kegunaan penelitian secara teoretis berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan ilmiah. Sedangkan kegunaan penelitian secara pragmatis, misalnya; digunakan sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi, dan atau untuk menempuh gelar akademik tertentu.
4. Tinjauan Pustaka (Penelitian Terdahulu)
Sebelum melakukan penelitian terhadap suatu objek tertentu, sebaiknya terlebih dahulu dilakukan observasi diperpustakaan guna memperoleh informasi tentang penelitian sejenis yang sudah dilakukan peneliti lain. Hal ini sangat penting bagi calon peneliti, supaya tidak terjadi dan dikesani sebagai duplikasi dari penelitian yang sudah ada, dan untuk menjelasakan perbedaan posisi penelitian yang akan dilakukan. Boleh jadi penelitian terhadap objek yang sama, tetapi metode dan pendekatannya berbeda, maka penelitian semacam ini dianggap berbeda, karena penelitaian dengan menggunakan motode dan pendekatan yang berbeda walaupun diterapkan pada objek yang sama akan menghasilkan simpulan yang berbeda.
Penjelasan tentang penelitian terdahulu kalau diperlukan, harus ada penjelasan dan penilaian tentang kelebihan dan kekurangannya menyangkut metode, pendekatan, hasil penelitian, dan termasuk rekomendasi yang disarankannya untuk dilakukan penelitian lanjutan.
5. Kerangka Berpikir
Kerangka pemikiran adalah semacam “pisau” analisis yang digunakan peneliti untuk membantu memecahkan permasalahan yang terdapat dalam rumusan penelitian. Kerangka pemikiran ini dapat diperoleh dari informasi teori-teori penelitian terdahulu, kemudian diadaptasikan dan rumuskan sesuai dengan masalah penelitian.
Cik Hasan Bisri menjelaskan pengertian kerangka berpikir sebagai berikut:[9]
“Kerangka berpikir dapat berupa kerangka teori dan dapat pula berbentuk kerangka penalaran logis. Kerangka teori itu merupakan uraian ringkas tentang teori yang digunakan dan cara menggunakan teori itu dalam menjawab pertanyaan penelitian. Kerangka penalaran logis merupakan urutan berpikir logis, sebagai suatu cara berpikir ilmiah yang akan digunakan, dan cara menggunakan logika tersebut dalam memecahkan masalah. Kerangka berpikir itu bersifat operasional, yang diturunkan dari satu atau beberapa teori, atau dari pernyataan-pernyataan logis. Ia berhubungan dengan masalah penelitian dan menjadi pedoman dalam perumusan hipotesis yang akan diajukan”.
Dari sini kita akan menemukan beberapa perkiraan seputar jawaban dari pertanyaan di atas, perkiraan-perkiraan tersebut disebut hipotesis. Hipotesis adalah jawaban sementara dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
6. Metode dan Langkah-langkah Penelitian
1) Metode
Sebuah penelitian paling tidak mengemukakan dua metode, yaitu; 1) metode penelitian; dan 2) metode kajian.
Metode penelitian yang digunakan disesuaikan dengan karakteristik masalah penelitian, tujuan penelitian, dan kerangka berpikir. Setiap metode penelitain memiliki karakteristik masing-masing, baik yang berkenaan dengan tahapan kerja yang dibutuhkan maupun kekuatan dan kelemahannya.[10]
Metode kajian digunakan untuk menganalisis dan menjelaskan objek dan data-data penelitian yang disesuaikan dengan masalah yang terdapat dalam perumusan masalah dan tujuan penelitian. Metode kajian ini dapat pula dikatakan sebagai langkah kerja dari sebuah pendekatan yang digunakan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan penelitian yang sudah dibatasi dalam perumusan masalah.
2) Langkah-langkah Penelitian
Langkah-langkah penelitian[11] yang ditempuh, biasanya mencakup; penentuan sumber data yang akan diteliti, jenis data, teknik pengumpulan data, analisa data.
a. Sumber Data
b. Jenis data penelitian
Jenis data penelitain adalah sesuatu yang berkaitan dengan pertanyaan dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan yang mana ditujukan pada persoalan-persoalan penelitian. Jenis data harus disusun dan pilih-pilah sesuai dengan urutan pertanyaan penelitian.
c. Tekni Pengumpulan data
d. analisa data penelitian
]Maklah ini disampaikan pada pembekalan praktik profesi jurusan Bahasa dan Sastra Arab 2 Agustus 2007 di PP Darussalam Ciamais
[2]S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,1997),hal. 1
[3]Lihat Anton Bakker & Achmad Charris Zubair, Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius,1990), hal.11
[4]Ali Zaenal Abidin (wafat 95/713 H.) adalah putra dari putra Ali r.a., Husain dan Imam ke empat kaum syi’ah. Ia dikenal karena doa-doa yang dikumpulkannya, al-Shahifat al-Sajjaddiyyah. Lihat Sachiko Murata, The Tao of Islam: A Sourcebook on Gender Relationship in Islam Though, (State University of New York Press, 1992). Trj. Rahmani Astuti dan M.S. Nasrullah, The Tao of Islam: Kitab Rujukan tentang Relasi Gender dalam Kosmologi dan Teologi Islam, (Bandung: Mizan, 1998), hal. 425, hal. 25.
[5] Hisyam adalah khalifah ke X dari keturunan Muawiyyah ibn Abi Sufyan. Lihat, G. E. Bosworth, The Islamic Dynasties, (Edinburgh University Press, Edinburgh, 1980). Trj. Ilyas Hasan, Dinasti-Dinasti Islam, (Bandung: Mizan, 1993), hal. 25.
[6] Kuasa adalah sebuah istilah yang sering digunakan oleh Michel Foucault. Ia sendiri tidak mendefinisikan “kuasa”, tapi ia lebih menekankan bagaimana kuasa itu dapat dilaksanakan. Untuk memahami “kuasa” dapat dilihat dari gagasan dasarnya, yaitu kehendak untuk memperoleh kebenaran. Lihat, Konrad Kebung Beoang, Michel Foucault Parrhesia dan Persoalan Mengenai Etika, (Jakarta: Obor, 1997), hal. 51.
[7] S. Margono, op. cit., hal. 54-56
[8]Anton Bakkers, op. cit., hal. 133
[9] Cik Hasan Bisri, Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi (Bidang Ilmu Agama Islam), (Jakarta: Logos, 1999), hal. 40
[10] Ibid., hal. 53
[11] Sebagian orang terkadang menyebut langakah-langkah penelitian dengan istilah “prosedur penelitian” atau dengan istilah “metodologi penelitian”.

Tidak ada komentar: